Warnet-Warnet Pada Kolaps Gara-Gara Pemadaman Listrik

Senin, 13 September 2010

Pemadaman listrik di kawasan Jakarta belakangan ini telah mengakibatkan penurunan pendapatan 50-60 persen pengusaha warung internet (warnet) per bulan.

“Potensi kehilangan pendapatan pengelola warnet bisa mencapai 60 persen,” kata Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Warnet Indonesia (Awari), Judith MS di Jakarta.

Melalui sambungan selular, Judith menjelaskan, pemadaman bergilir listrik saat ini sudah semakin parah, selain tidak mengenal waktu juga lama pemadaman juga tidak bisa diprediksi.

“Pemadaman listrik mengakibatkan penurunan jumlah okupansi pengguna jasa warnet karena koneksi listrik terputus. Pemadaman yang secara tiba-tiba bisa mengakibatkan kerusakan pada perangkat warnet seperti server dan piranti lunak,” ujar Judith.

Ia menginformasikan, sejumlah pengusaha warnet di kawasan Bintaro, Blok M, Depok sudah menyampaikan keluhan kepada asosiasi bahwa pemadaman listrik sangat menganggu bisnis mereka.

“Selain penurunan pendapatan akibat berkurangnya pelanggan, pengelola warnet juga harus membayar sewa bandwith per bulan sesuai dengan kapasitas PC yang dimiliki,” ujarnya.

Harga bandwith setidaknya mencapai 25 persen dari total biaya operasional sebuah warnet, ditambah lagi biaya listrik, perangkat PC, dan biaya karyawan.

Sementara itu Ketua Bidang Organisasi Awari, M Yamin menjelaskan, saat ini setidaknya sebanyak 1.000 warnet yang beroperasi di seluruh bilangan Jakarta.

Warnet dibagi dalam tiga kategori yaitu warnet besar dengan jumlah PC di atas 30 unit, warnet sedang dengan PC 15-30 unit, dan warnet kecil hingga 15 PC.

Ia menjelaskan, warnet besar biasanya memiliki mesin generator pembangkit (genset), namun investasi tersebut memiliki keterbatasan bahan bakar solar, dan listrik yang dihasilkan tidak tentu stabil.

Menurutnya, yang paling terpukul akibat pemadaman bergilir adalah warnet sedang dan dan kecil karena hanya mengandalkan listrik PLN.

Secara keseluruhan layanan warnet saat ini ujarnya, didominasi games on line yang diperkirakan mencapai sekitar 40 persen, selebihnya adalah sewa internet, jasa pengetikan maupun jasa layanan mesin pemindai (scanner).

Ia tidak merinci potensi kerugian warnet di Jakarta, selama satu bulan terakhir akibat pemadaman bergilir yang frekuensinya semakin sering.

“Kalau rata-rata per satu PC dapat menghasilkan sewa internet sebesar Rp 30.000, maka dapat dikalikan bahwa warnet berskala sedang dengan PC 15 unit, berapa potensi pendapatan yang hilang,” tegasnya.

Menurutnya, saat ini yang tidak kalah penting adalah informasi pemadaman listrik PLN harus sesuai dengan jadwal yang diumumkan.

Terkadang ujarnya, diumumkan padam pada jam tertentu ternyata lebih awal, atau bahkan lebih lambat.

Kepastian jadwal pemadaman untuk menentukan apakah pengusaha warnet dapat mengoperasikan layanan atau tidak.

“Lebih baik tutup dalam satu hari ketimbang diumumkan tidak padam tetapi kenyataannya pasokan listrik padam berkali-kali dalam satu hari,” ujarnya.

Ia juga meminta agar PLN memenuhi janjinya mempercepat penyelesaian masalah pemadaman di Jakarta, karena kalau masih kasus ini berlangsung terus menerusi bukan tidak mungkin industri warnet yang juga masuk dalam kategori usaha kecil menengah (UKM), akan kolaps. [inilah]

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © IFAN COM